Kamis, 26 Februari 2009

Bangsa Pemalas???

Diatas sebuah podium terhormat seorang teknokrat yang merangkap sebagai politisi merumuskan orasi ilmiahnya,dengan semangat dan penuh percaya diri sang politisi karbitan tadi merumuskan berbagai persoalan bangsa ini. semua persoalan dia singgung dari persoalan pengangguran,kemiskinan,kebodohan dan sejuta derita yang dialami bangsa ini, dan inti dari sumber persoalan tersebut menurut sang teknokrat tadi adalah bahwa bangsa kita adalah bangsa pemalas.

tidak terlalu salah memang pendapat sang teknokrat tadi,walaupun bisa jadi pendapatnya tersebut terinspirasi oleh rengekan anaknya yang terus menerus meminta dibelikan mobil baru untuk berangkat kuliah walaupun prestasi anaknya itu jeblok atau bisa jadi juga terinpirasi dari kegelisahan yang selalu menghantuinya setiap malam karena teringat rayuan isteri mudanya yang terus merengek meminta kalung berlian untuk pergi arisan.

artinya jika kebenaran sebuah pendapat ilmiah dihubungkan dengan segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya, maka boleh jadi pendapat sang teknokrat tadi benar karena dikorelasikan dengan keadaan disekitarnya dan pengalaman manja yang dialaminya. namun tentu saja objektifitas yang melatar belakangi pendapatnya harus dipertanyakan, karena tidak bisa mengintip persoalan bangsa yang sangat besar ini hanya dari sebuah jendela menara gading yang manja,mewah dan jauh dari realita sosial.

mas paijo misalnya, mendorong gerobak baksonya yang butut berkeliling puluhan kilo meter mencari pembeli dan keuntunganya tetap saja tidak bisa dipakai untuk membelikan celana dalam isterinya yang mulai bolong-bolong. mbah kasiem adalah contoh lainnya, dalam usia yang tidak lagi muda, punggungnya yang mulai membungkuk harus menggendong beban berat berupa puluhan kilo arang yang dia bakar dan kumpulkan sendiri,namun tetap saja keuntungan yang diperolehnya tidak pernah merubah menu makannya selain nasi dan garam.

ada lagi mang ujang yang setiap malam tidak pernah tertidur pulas karena harus memandikan dan menguburkan mayat yang tidak jelas identitasnya,sama tidak jelasnya dengan honor yang kadang dia dapat kadang tidak. belum lagi kalau kita melihat ratusan anak kecil dipasar-pasar induk yang menjajakan kantong plastik atau membawa kuas semir hanya untuk menambah biaya sekolah karena penghasilan orang tuanya yang didapat dari pluit parkir tidak pernah cukup.

jika setumpuk relita sosial yang kita lihat diatas dan setiap hari kita saksikan dengan sangat kontras, masih tegakah mulut yang tidak pernah meminum air keruh yang dimasak dengan kayu bakar mengatakan bahwa bangsa ini pemalas? masih tegakah tangan manja yang tidak pernah dihiasi cucuran keringat demi mendapatkan upah secuil itu mengepal dan membenarkan bahwa bangsa ini adalah bangsa pemalas?

bukan, bangsa ini bukan bangsa pemalas! bangsa ini adalah bangsa pekerja keras yang disetiap darahnya mengalir darah para pejuang. bangsa ini adalah bangsa yang yang kuat namun dilemahkan oleh sebuah sistem yang berpihak kepada para perompak,bangsa ini menjadi miskin bukan karena bangsa ini pemalas, tapi karena dimiskinkan oleh kebijakan yang tidak pernah berpihak kepada rakyat yang menjadi pemilik sah negeri ini.

sumber daya alam negeri makmur ini tidak pernah diserahkan oleh penguasa korup kepada tangan-tangan kekar rakyat untuk diolah secara benar, sumber daya alam yang makmur ini justeru diserahkan oleh penguasa keparat kepada antek-antek kapitalisme brengsek yang dulu menjajah negeri ini. tanah indonesia yang subur ini tidak pernah dibiarkan dikelola oleh rakyat yang terkenal ahli bertani sejak ratusan tahun yang lalu ini,tanah yang subur ini malah dibiarkan bebas dirampok dan dijarah oleh cukong-cukong laknat dari singapura dan malaysia.

berhentilah mengatakan bahwa bangsa ini adalah bangsa pemalas! sebab bangsa ini memiliki kekuatan yang luar biasa,bangsa ini telah terlatih menghadapi penderitaan apapun termasuk menghadapi penderitaan yang dimunculkan oleh pemerintahnya sendiri. bangsa ini adalah bangsa tangguh ! bukti ketangguhanya adalah bangsa ini tidak pernah menuntut,menyalahkan,mengemis dan menghukum pemerintahnya, melainkan menerima, memafhumi kekurangan, dan sangat mudah memaafkan kesalahan pemerintahnya. Bahkan, rakyat begitu sabar, tahan dan arifnya walau kadang sering kali mereka yang dituntut, dipersalahkan, dan dihukum oleh pemerintahnya.

Lebih dari itu, meski sering kali rakyat merasa bahwa keberadaan pemerintahnya sebenarnya lebih banyak mengganggu daripada membantu, lebih banyak merugikan daripada menguntungkan, atau lebih banyak mengisruhkan daripada menenangkan, rakyat tak akan pernah mengungkapkan kandungan hatinya itu karena bangsa ini bangsa tangguh bukan bangsa pemalas!

Rudi hermawan

Tidak ada komentar: